Sedekah seperti Siti Aisyah ra
Rabu, 16 Januari 2013
0
komentar
Ummul mukminin, Aisyah ra., suatu saat pernah
mendapatkan hadiah berupa dua kantong harta berisi masing-masing 100 ribu
dirham (total berarti 200 ribu dirham). Sebagaimana diketahui, satu dirham syar’i hari ini setara kira-kira Rp. 70
ribu rupiah. Artinya, Aisyah ra, Saat itu mendapatkan uang kira-kira Rp. 14
miliar (200 ribu x Rp. 70 ribu). Mendapatkan uang sebanyak itu. Aisyah ra.
Tidak lantas bergembira dan bersukacita, lalu menyimpannya atau menghabiskannya
untuk kepentingan dan kesenangan dirinya. Sesaat setelah menerima hadiah uang
itu, ia malah segera membagi-bagikan uang sebanyak itu kepada fakir miskin.
Hanya dalam tempo beberapa jam saja, sejak pagi hingga sore, uang sebanyak Rp.
14 miliar rupiah itu ludes disedekahkan semuanya. Tak ada satu dirham pun
tersisia bagi dirinya. Padahal hari itu Aisyah ra, sedang berpuasa dan ia tidak
tahu kalau hari itu ia tidak memiliki makanan untuk berbuka kecuali amat
sedikit. Saat uang itu habis dibagikan menjelang magrib. Aisyah ra, berkata
kepada pembantunya. “coba engkau bawakan makanan untuk saya berbuka.”
Tak lama, pembantunya segera membawakan
sepotong roti kering dan sedikit minyak zaitun. “Adakah makanan yang lebih baik
dari pada ini?” tanya Aisyah ra.
“Andai tadi engkau menyisakan satu dirham
saja. Tentu kida tapat membeli sekerat daging,” jawab pembantunya.
“Mengapa engkau baru mengatakan itu sekarang?
Andai saja tadi engkau meminta, tentu saya akan memberi kamu satu dirham.” kata
Aisyah ra. (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal,
hlm. 679).
Demikianlah. Sepeninggal Baginda Rasulullah
saw., dalam posisinya sebagai Ummul Mukminin. Aisyah ra., sering mendapatkan
hadiah seperti ini, diantaranya dari Muawiyah ra., Abdullah bin Umar ra.,
Zubair ra., dan para Sahabat lainnya. Apalagi saat itu kaum Muslim sering
mendapatkan harta yang banyak (ghanimah)
karena seringnya mereka meraih kemenangan dalam sejumlah peperangan. Walaupun
banyak kaum Muslim saat itu yang memiliki banyak harta, dan sebagiannya banyak
dihadiahkan kepada Ummul Mukminin Aisyah ra., Aisyah ra., tetap hidup
sederhana.
Dalam kisah lain, sebagaimana dituturkan oleh
Urwah ra., Aisyah ra. Pernah menyedekahkan harta sebanyak 70 ribu dirham
(kira-kira setara Rp. 4,9 milyar). Sementara saat itu beliau mengenakan pakaian
yang amat sederhana bahkan bertambal.
Pada saat lain. Aisyah ra., sedang berpuasa.
Selain sepotong roti, pada hari itu tak ada makanan dirumahnya untuk berbuka.
Tiba-tiba datanglah seorang lelaki miskin. Ia lalu meminta sedikit makanan
kepada Aisyah ra., Aisyah ra., segera memerintahkan pembantunya untuk
memberikan sepotong roti itu kepada lelaki miskin tersebut. Pembantunya
berkata, “jika kita memberikan roti ini kepada orang itu , berarti kita tidak
memiliki makanan untuk berbuka.”
“Biar saja, “ jawab Aisyah ra. “Berikan saja
roti itu kepada dia,” tegasnya lagi (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal. Hlm. 679)
Pembaca yang dirahmati Allah, apa yang
terlintas di benak kita saat kita membaca kisah nyata diatas? Perasaan apa yang
ada dalam dada kita saat membaca kisah Aisyah ra., juga kisah-kisah keteladanan
para sahabat ataupun Shayabiyah yang serupa, yang sesungguhnya bertaburan
dal;am catatan sirah dan sejarah mereka? Saya akan mencoba menduga-duganya.
Pertama : Yang ada pasti sikap takjub, Namun,
sebatas itu. Setelah itu kisah semacam ini akan berlalu begitu saja dari benak
dan hati kita tanpa ada pengaruh sedikitpun kedalam sikap dan tindakan pada
diri kita. Infak kita tetap biasa saja atau bahkan tetap tidak berinfak.
Sedekah kita tetap seperti semula : hanya sisa sisa dari pengeluaran untuk
memenuhi keperluan kita sehari-hari.
Kedua : Takjub, tetapi kemudian juga segera
perapologi dan membela diri. “Ya, memang kaimanan kita jauh sekali dari dengan
para Sahabat Nabi saw. Rasa-rasanya susah kita bisa mencontoh keteladanan
mereka.” Barangkali begitu komentar kita. Setelah itu, infak dan sedekah kita
pun tak pernah meningkat : biasa-biasa saja seperti semula meski mungkin
penghasilan kita terus bertambah. Sebabnya kita sendiri sudah menegaskan :
sulit mencontoh para Sahabat Nabi saw.
Ketiga : Kita takjub, lalu merenung,. Namun
kemudian kitapun menimbang-nimbang saat berinfak. Pada akhirnya, mungkin infak
kita meningkat sedikit daripada sebelumnya karena kita masih bisa beralasan. “
Ya., kalau kita sedekahkan semuanya, gimana untuk memenuhi keperluan kita dan
keluarga kita?” Barangkali demikian komentar kita. Kebanyakan kita masih belum
yakin dengan rezeki sebagai ketetapan dari Allah SWT. Kebanyakan kita pun masih
belum yakin dengan balasan yang beripat ganda di dunia dan diakhirat, dari
amalan sedekah dan infak di jalan Allah SWT. Pada akhirnya, kisah-kisah tentang
dahsyatnya infak dan sedekah para Sahabat Nabi saw., tetap suatu yang kecil
untuk menguatkan pengaruh keyakinan sekaligus untuk meledakan semangat kita
untuk melakukan hal yang sama.
Keempat : Takjub dan terharu sekaligus. Akal
dan kesadaran kita segera tergugah. Perasaan kita segera bangkit untuk juga
melakukan apa yang telah banyak dilakukan dan dicontohkan oleh para Sahabat
Nabi saw., dalam hal infak dan sedekah mereka. Tak berlama-lama, kita akan
segera mengeluarkan sebagian besar, bukan sebagian kecil harta dan penghasilan
kita untuk infak di jalan Allah SWT dan sedekah bagi fakir miskin. Tak ada lagi
waktu untuk menimbang-nimbang. Tak ada masanya lagi untuk berfikir
ulang.ndasarnya hanya satu keyakinan: Rezeki tak akan berkurang karena sedekah.
Sebaliknya, sedekah pasti membawa berkah, selain akan dibalas dengan pahala
yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Pada akhirnya kita tak ragu lagi untuk
menolong agama Allah SWT ini, juga untukl berbagi dengan kaum duafa : tentu
tanpa rasa takut jatuh miskin. Bahkan hidup sederhana kini menjadi obsesi kita,
sebagaimana yang telah secara gamblang dicontohkan oleh Ummul Mukminin Aisyah
ra., diatas, juga para Sahabat Nabi saw, yang lain, termasuk tentu saja
sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. Menjadi kaya tak lagi
menjadi orientasi utama. Menumpuk-numpuk harta tak lagi menjadi obsesi di dalam
dada.
Dari keempat tipikal yang saya sebutkan
diatas, kita termasuk yang mana ?
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sedekah seperti Siti Aisyah ra
Ditulis oleh M Fitra Nurdiansyah
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://kangfit.blogspot.com/2013/01/sedekah-seperti-siti-aisyah-ra.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh M Fitra Nurdiansyah
Rating Blog 5 dari 5