Setiap Penyakit, Pasti Ada Obatnya

Posted by M Fitra Nurdiansyah Rabu, 16 Januari 2013 0 komentar
obat
Tak semua obat dikomsumsi dengan cara diminum, disuntikkan ke dalam tubuk, dihirup melalui hidung, dan beberapa cara lainnya. Apa pun caranya, tujuan pemberian obat adalah untuk meringankan dan menyembuhkan penyakit menyerang tubuh. Setiap obat yang masuk kedalam tubuh kita, khususnya obatyang diminum, akan melalui saluran cerna, seperti lambung dan usus. Ssetelah diproses di saluran ini, obat yang sudah terurai zat aktifnya itu lalu masuk ke pembuluh darah dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Ketika sudah menyebar keseluruh jaringan tubuh, barulah pengaruh obat terasa. Harus
Kebanyakan obat tak banyak menolong bila hanya diminum satu atau dua kali. Biasanya, satu jenis obat harus diminum satu, dua atau tiga kali sehari selama beberapa hari untuk mendapatkan efek terbaik. Bahkan untuk penyakit tertentu, obatnya harus diminum seumur hidup, lho!

Pembuatan obat

Bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral sudah sejak lama digunakan semagai obat, Pengetahuan ini didapat secara turun-tenurundari generasi ke generasi. Kenyataan nya, bahan-bahan tersebut memang mangandung zat yang dapat menyembuhkan penyakit.

Dalam kehidupan modern bahan-bahan pembuat obat itu diteliti untuk mencari kandungan utamanya yang dapat digunakan sebagai obat. Lalu dari saripati bahan tersebut dibuatlah  obat-obatan. dengan bentuk yang lebih mudah untuk dikumsumsi, seperti berupa pil, kapsul atau sirup.

Obat-obatan yang ada kini lebih dari separuh nya menggunakan saripati bahan-bahan alami tersebut, tentu dengan campuran bahan-bahan lainnya. Selain dari bahan-bahan alami, para ahli juga beru paya membuat obat-obatan dari bahan kimia sintetik.

Saat ini semakin banyak obat yang diciptakan untuk mengimbangi penyakit-penyakit yang ternyata juga semakin beragam jenisnya, dampak dari kehidupan modern. Pembuatan satu jenis obat tak mudah dan sederhana, perlu penelitian panjang dan percobaan berulang kali. Uji coba umumnya dilakukan pada hewan percobaan, hingga akhirnya diperoleh obat yang aman dan bermanfaat bagi manusia.

Walau bermanfaat, obat tetap harus digunakan dengan hati-hati. Tetap ikuti petunjuk dokter dalam menggunakan oabt-obatan. Bila tidak digunakan sesuai aturan, obat malah bisa membahayakan tubuh kita.
Subhanallah, betapa sayangnnya Allah kepada kita dengan menyediakan obat untuk berbagai penyakit. Yang harus diingat, hanya Allah-lah yang bisa member kesembuhan, obat hanya sebagai sarana.

Tahukah Anda

Tanaman Obat Keluarga

tanaman toga
Berbagai tanaman memiliki khasiat mengobati penyakit, seperti daun sirih, kumis kucing, daun saga dan lain-lain. Sepetak tanah di halaman rumah atau pot-pot tanaman bisa digunakan sebagai tanaman obat keluarga (TOGA) atau apotek hidup. Bila ada anggota keluarga yang sakit, obat alami dalam apotek hidup itu bisa diberikan segera.

Obat Ansetesi

obat anestesi
Dalam setiap pembedahan digunakan obat bius yang dapat membuat pasien tidak merasa sakit saat di bedah. Obat bius ini disebut juga obat anestesi. Sebelum ditemukan obat anestesi pada tahun 1800-an, orang yang akan dioperasi hanya diberi opium atau minuman keras. Tanpa obat anestesi, tentu saja rasa sakit sayatan pisau dan jahitan pada luka tidak sepenuhnya hilang sehingga pasien bisa merasakan sakitnya saat operasi.

Kerja Keras Menemukan Obat

li shizhen
Negeri Cina terkenal sejak dahulu dalam hal pengobatan dan obat-obatan. Salah satu ahli obat yang terkemuka, Li Shizhen (hidup pada tahun 1518-1593). Selama 30 tahun, ia dan muridnya menjelajah ke seluruh Cina, bahkan ke tempat-tempat berbahaya, untuk mendapatkan bahan obat-obatan.
Karena saat itu belum ada labolatorium berteknologi tinggi, ia menguji obat-obatan dengan cara sederhana. Ia mencoba sendiri tumbuhan dan ramuan yang dibuatnya sebelum diperikan kepada orang lain. Akibatnya, ia sering kali keracunan.

Baca Selengkapnya ....

Sedekah seperti Siti Aisyah ra

Posted by M Fitra Nurdiansyah 0 komentar
sedekah
Ummul mukminin, Aisyah ra., suatu saat pernah mendapatkan hadiah berupa dua kantong harta berisi masing-masing 100 ribu dirham (total berarti 200 ribu dirham). Sebagaimana diketahui, satu dirham syar’i hari ini setara kira-kira Rp. 70 ribu rupiah. Artinya, Aisyah ra, Saat itu mendapatkan uang kira-kira Rp. 14 miliar (200 ribu x Rp. 70 ribu). Mendapatkan uang sebanyak itu. Aisyah ra. Tidak lantas bergembira dan bersukacita, lalu menyimpannya atau menghabiskannya untuk kepentingan dan kesenangan dirinya. Sesaat setelah menerima hadiah uang itu, ia malah segera membagi-bagikan uang sebanyak itu kepada fakir miskin. Hanya dalam tempo beberapa jam saja, sejak pagi hingga sore, uang sebanyak Rp. 14 miliar rupiah itu ludes disedekahkan semuanya. Tak ada satu dirham pun tersisia bagi dirinya. Padahal hari itu Aisyah ra, sedang berpuasa dan ia tidak tahu kalau hari itu ia tidak memiliki makanan untuk berbuka kecuali amat sedikit. Saat uang itu habis dibagikan menjelang magrib. Aisyah ra, berkata kepada pembantunya. “coba engkau bawakan makanan untuk saya berbuka.”

Tak lama, pembantunya segera membawakan sepotong roti kering dan sedikit minyak zaitun. “Adakah makanan yang lebih baik dari pada ini?” tanya Aisyah ra.

“Andai tadi engkau menyisakan satu dirham saja. Tentu kida tapat membeli sekerat daging,” jawab pembantunya.

“Mengapa engkau baru mengatakan itu sekarang? Andai saja tadi engkau meminta, tentu saya akan memberi kamu satu dirham.” kata Aisyah ra. (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 679).

Demikianlah. Sepeninggal Baginda Rasulullah saw., dalam posisinya sebagai Ummul Mukminin. Aisyah ra., sering mendapatkan hadiah seperti ini, diantaranya dari Muawiyah ra., Abdullah bin Umar ra., Zubair ra., dan para Sahabat lainnya. Apalagi saat itu kaum Muslim sering mendapatkan harta yang banyak (ghanimah) karena seringnya mereka meraih kemenangan dalam sejumlah peperangan. Walaupun banyak kaum Muslim saat itu yang memiliki banyak harta, dan sebagiannya banyak dihadiahkan kepada Ummul Mukminin Aisyah ra., Aisyah ra., tetap hidup sederhana.

Dalam kisah lain, sebagaimana dituturkan oleh Urwah ra., Aisyah ra. Pernah menyedekahkan harta sebanyak 70 ribu dirham (kira-kira setara Rp. 4,9 milyar). Sementara saat itu beliau mengenakan pakaian yang amat sederhana bahkan bertambal.

Pada saat lain. Aisyah ra., sedang berpuasa. Selain sepotong roti, pada hari itu tak ada makanan dirumahnya untuk berbuka. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki miskin. Ia lalu meminta sedikit makanan kepada Aisyah ra., Aisyah ra., segera memerintahkan pembantunya untuk memberikan sepotong roti itu kepada lelaki miskin tersebut. Pembantunya berkata, “jika kita memberikan roti ini kepada orang itu , berarti kita tidak memiliki makanan untuk berbuka.”

“Biar saja, “ jawab Aisyah ra. “Berikan saja roti itu kepada dia,” tegasnya lagi (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal. Hlm. 679)  

Pembaca yang dirahmati Allah, apa yang terlintas di benak kita saat kita membaca kisah nyata diatas? Perasaan apa yang ada dalam dada kita saat membaca kisah Aisyah ra., juga kisah-kisah keteladanan para sahabat ataupun Shayabiyah yang serupa, yang sesungguhnya bertaburan dal;am catatan sirah dan sejarah mereka? Saya akan mencoba menduga-duganya.

Pertama : Yang ada pasti sikap takjub, Namun, sebatas itu. Setelah itu kisah semacam ini akan berlalu begitu saja dari benak dan hati kita tanpa ada pengaruh sedikitpun kedalam sikap dan tindakan pada diri kita. Infak kita tetap biasa saja atau bahkan tetap tidak berinfak. Sedekah kita tetap seperti semula : hanya sisa sisa dari pengeluaran untuk memenuhi keperluan kita sehari-hari.

Kedua : Takjub, tetapi kemudian juga segera perapologi dan membela diri. “Ya, memang kaimanan kita jauh sekali dari dengan para Sahabat Nabi saw. Rasa-rasanya susah kita bisa mencontoh keteladanan mereka.” Barangkali begitu komentar kita. Setelah itu, infak dan sedekah kita pun tak pernah meningkat : biasa-biasa saja seperti semula meski mungkin penghasilan kita terus bertambah. Sebabnya kita sendiri sudah menegaskan : sulit mencontoh para Sahabat Nabi saw.

Ketiga : Kita takjub, lalu merenung,. Namun kemudian kitapun menimbang-nimbang saat berinfak. Pada akhirnya, mungkin infak kita meningkat sedikit daripada sebelumnya karena kita masih bisa beralasan. “ Ya., kalau kita sedekahkan semuanya, gimana untuk memenuhi keperluan kita dan keluarga kita?” Barangkali demikian komentar kita. Kebanyakan kita masih belum yakin dengan rezeki sebagai ketetapan dari Allah SWT. Kebanyakan kita pun masih belum yakin dengan balasan yang beripat ganda di dunia dan diakhirat, dari amalan sedekah dan infak di jalan Allah SWT. Pada akhirnya, kisah-kisah tentang dahsyatnya infak dan sedekah para Sahabat Nabi saw., tetap suatu yang kecil untuk menguatkan pengaruh keyakinan sekaligus untuk meledakan semangat kita untuk melakukan hal yang sama.

Keempat : Takjub dan terharu sekaligus. Akal dan kesadaran kita segera tergugah. Perasaan kita segera bangkit untuk juga melakukan apa yang telah banyak dilakukan dan dicontohkan oleh para Sahabat Nabi saw., dalam hal infak dan sedekah mereka. Tak berlama-lama, kita akan segera mengeluarkan sebagian besar, bukan sebagian kecil harta dan penghasilan kita untuk infak di jalan Allah SWT dan sedekah bagi fakir miskin. Tak ada lagi waktu untuk menimbang-nimbang. Tak ada masanya lagi untuk berfikir ulang.ndasarnya hanya satu keyakinan: Rezeki tak akan berkurang karena sedekah. Sebaliknya, sedekah pasti membawa berkah, selain akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Pada akhirnya kita tak ragu lagi untuk menolong agama Allah SWT ini, juga untukl berbagi dengan kaum duafa : tentu tanpa rasa takut jatuh miskin. Bahkan hidup sederhana kini menjadi obsesi kita, sebagaimana yang telah secara gamblang dicontohkan oleh Ummul Mukminin Aisyah ra., diatas, juga para Sahabat Nabi saw, yang lain, termasuk tentu saja sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. Menjadi kaya tak lagi menjadi orientasi utama. Menumpuk-numpuk harta tak lagi menjadi obsesi di dalam dada.
Dari keempat tipikal yang saya sebutkan diatas, kita termasuk yang mana ?

Baca Selengkapnya ....
Blog Kangfit support Kampung Herbal Online Shop - Original design by Bamz | Copyright of Blog Personal Kang Fitra.